5 Festival Literasi Yang Akan Membuatmu Semakin Jatuh Cinta Dengan Sastra di Indonesia
- August 30, 2018
- By FitriYenti
- 0 Comments
Festival
literasi beberapa tahun terakhir ini sangat marak di Indonesia. Dari Barat
hingga Timur Indonesia, tiap-tiap daerah menyuguhkan perayaan sastra yang
meriah, menggema, dan sarat makna. Literasi dan kepenulisan di Indonesia saat
ini semakin dicintai kaum muda hingga lansia. Berbeda sekali dengan
festival-festival literasi di luar negeri yang mayoritas didatangi oleh pecinta
literasi berusia senior.
Berikut
5 festival literasi yang akan membuatmu semakin jatuh cinta dengan sastra di
Indonesia dan sudah pasti tak boleh dilewatkan.
1.
Ubud Writers and Readers Festival
Sebagai festival literasi
yang pertama di Indonesia, keberadaan UWRF selalu dinantikan penikmat dan
pecinta literasi dari berbagai belahan dunia. Ubud Writers and Readers Festival
pertama kali hadir tahun 2004 sebagai upaya bertambahnya jumlah kunjungan
wisatawan ke Bali setelah porak poranda karena bom.
Janet De Neefe, seorang warga negara Australia yang sangat peduli mengenai Bali
dan budayanya, bermaksud membuat Pulau Dewata kembali semarak dan ramai. Menurutnya
kala itu, hanya literasi dan kepenulisan yang membuat orang ingin datang lagi
ke Bali.
Sederetan penulis ternama
seperti Seno Gumira Aji, Dewi Lestari, Eka Kurniawan turut berpartisipasi dalam
festival ini. Tercatat ratusan penulis ternama dan ribuan relawan dari berbagai
negara berpartisipasi dalam acara tahunan yang tahun 2016 akan diadakan pada 26
-30 Oktober ini.
2.
Asean Literary Festival
Di bawah naungan Muara
Foundation, Asean Literary Festival pertama kali hadir di Jakarta tahun 2014.
“Anthems for Common People” yang terinspirasi dari perjuangan Wiji Thukul saat
itu diambil menjadi tema. Sebagai founder Asean Literary,
Abdul Khalik mengatakan bahwa festival ini lahir dengan latar belakang kondisi,
sosial, budaya yang sama di wilayah Asean.
“ALF ingin menjadi wadah yang mempertemukan sastrawan dan
karya-karya sastra khususnya di ASEAN” ujar jurnalis senior sebuah media cetak
ini. Acara tahunan ini biasanya diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki,
dihadiri oleh sastrawan lebih dari 20 negara dan ribuan pengunjung.
3.
Makassar International Writers Festival
Di bawah komando jurnalis
senior Lily Yulianti Farid, Makassar International Writers Festival adalah
satu-satunya festival sastra terbesar di Timur Indonesia. Tahun 2015 adalah
tahun ke lima penyelenggaraan MIWF.
Mengangkat kisah Karaeng
Pattin Galloang sebagai Perdana Mentri Kerajaan Goa dan Tallo abad 17 adalah
misi festival ini tahun lalu. Bertempat di Benteng Fort Rotterdam, kehadiran
MIWF mampu menarik pecinta sastra dari berbagai wilayah Indonesia dan
mancanegara untuk hadir di bumi Angin Mamiri tersebut. Aan Mansyur, Trinity,
Seno Gumira Aji, dan Leila Chudori adalah beberapa penulis tanah air yang mengisi
acara festival tahunan yang diorganisir oleh Rumata Art Space ini.
4. Padang Literary
Biennale
Diselenggarakan pertama
kali tahun 2012, Padang Literary Biennale hadir dalam rangka kritik terhadap
minimnya apresiasi kepada para penulis dan sastrawan asal Ranah Minang di kota
sendiri. Padahal Sumatra Barat sedari dulu terkenal dengan tokoh-tokok
kesusastraan yang melegenda. Siapa yang tidak kenal dengan Marah Rusli,
pengarang buku kisah cinta klasik “Siti Nurbaya”, atau Buya Hamka penulis novel
fenomenal “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”.
Tahun 2014 Padang Literary
Biennale hadir dengan jumlah penulis lebih banyak dibanding tahun sebelumnya.
Ayu Utami dan Okky Madasari adalah penulis wanita Indonesia yang meramaikan
diskusi berbobot tentang literasi saat itu.
5.
Festival
Sastra Selaparang
Festival yang digagas oleh
Komunitas Dusun Flobamara di Kupang ini pertama kali hadir di Nusa Tenggara
Timur tahun lalu. Festival ini hadir bertujuan mengobarkan kembali semangat
berkomunitas kaum muda dan masyarakat NTT umumnya dan membangun jaringan antar
komunitas tersebut.
Pecinta dan penikmat literasi
merasa “surprise”, karena akhirnya hadirlah sebuah festival literasi di sebuah
kota kecil yakni Kupang. Bekerja sama dengan Komunitas Salihara–Jakarta,
festival ini berhasil mendatangkan ratusan pengunjung. Setiap sesi diskusi
dihadiri oleh banyak orang yang memang menyukai dunia literasi atau ingin
menambah wawasan mengenai literasi. Berbagai komunitas literasi dari Kupang,
Maumere, Rote, Ruteng dan Ende datang untuk memeriahkan Festival Sastra
Santarang ini. Tahun ini belum mendapatkan informasi lagi kapan digelarnya
festival yang tahun lalu mendatangkan Ayu Utami, Hasif Asmini, dan AS Laksana
sebagai pembicara ini.
Mari merayakan literasi
Indonesia sebagai wujud mencintai budaya dan karya-karya anak bangsa. Karena
dengan mencintai literasi artinya kita melestarikan akar-akar kebudayaan para
pendahulu kita.
Salam literasi.
0 comments
Berkomentarlah sebelum komentar itu ditarif...