Jadi Anak Perantauan Itu Asyik Kok. Kamu Akan Menemui Keseruan-Keseruan Berikut Ini
- August 15, 2018
- By FitriYenti
- 0 Comments
Jadi anak perantauan di
berbagai kota dan provinsi menjadikan saya atau teman-teman yang lain menjadi
lebih mandiri, berempati, memiliki kemampuan adaptasi yang cepat hingga
memiliki cara sendiri untuk tetap menjaga diri sebaik mungkin.
Hidup sebagai anak perantauan itu susah-susah
gampang. Kenapa demikian? Tidak semuanya mudah dilakukan, tapi tidak mustahil
juga untuk dijalankan. Berbelas tahun menjadi anak perantauan di berbagai kota
dan provinsi menjadikan saya atau teman-teman yang lain menjadi lebih mandiri,
berempati, memiliki kemampuan adaptasi yang cepat hingga memiliki cara sendiri
untuk tetap menjaga diri sebaik mungkin. Lepas dari itu semua, percaya bahwa
ada Allah SWT yang selalu melindungi kita setiap waktunya.
Dunia anak rantau biasanya seputar kampus,
kantor, teman-teman, gebetan atau pasangan, dan makanan. Namun, pengalaman
sebagai anak perantauan tidak hanya itu saja. Bertemu dengan banyak orang-orang
baru, dikerjain dengan bahasa daerah atau makan mi instan ala anak kos, tentu
saja familiar di telinga anak-anak yang jauh dari orang tua ini.
Sedih? Tidak juga, 7 hal seru berikut ini akan
kamu lalui selama menjadi anak perantauan di berbagai tempat.
1.Mandiri
jadi anak kos
Bagi
yang awal-awal menjadi anak kos, tentu saja menjadi satu keunikan tersendiri.
Di satu sisi, merasa bebas karena lepas dari omelan papa mama atau bisa pergi
ke mana saja tanpa ada yang melarang. Di sisi lain, kamu harus belajar untuk
menjadi mandiri dari segala lini. Bangun lebih pagi adalah salah satu
contohnya. Kuliah pertama yang dimulai jam 7 pagi bisa membuatmu bangun lebih
pagi, setelah salat subuh kamu bisa membuka lagi mata pelajaran yang kemarin
telah dipelajari atau membaca bahan presentasi untuk mata kuliah hari ini.
![]() |
Photo credit: vemale.com |
Makan tepat waktu juga salah satu hal yang
harus diperhatikan ketika kamu menjadi anak perantauan. Maag dan typus adalah
penyakit langganan anak-anak perantauan. Makan makanan yang sehat, mencari
tempat makan yang bersih dan makan teratur adalah salah satu cara agar kamu
tetap sehat.
2.
Mengelola keuangan sendiri
Mungkin
ketika masih tinggal bersama orang tua, kamu telah diberi kepercayaan untuk
mengelola uang jajan secara mingguan. Nah, sebagai anak perantauan, kamu akan
diamanahkan uang jajan secara bulanan. Perlu trik dan tips khusus tentunya agar
uang yang jatahnya 30 hari ke depan itu tidak habis dalam 10 hari saja.
Kamu perlu membuat daftar prioritas kebutuhan
dan keinginanmu. Dahulukan yang benar-benar penting kebutuhan membayar uang
kos, makan sehari-hari, transportasi ke kampus atau ke kantor, uang pulsa,
menabung, sedekah, dan lain-lain.
![]() |
Credit photo :www.rd.com |
Setelah
itu baru kamu membuat budget untuk keperluan nonton di bioskop
atau sekadar ngumpul dengan teman-teman di kafe. Mengelola keuangan di masa
muda itu penting untuk menjadikan kita mengontrol pemasukan dan pengeluaran
setiap bulan, jangan sampai seperti pepatah “Lebih besar pasak dari
pada tiang”.
3.
Bergaul dengan teman-teman
Sebagai
anak perantauan, tentu saja kita ingin memiliki banyak teman-teman di sekitar
kita. Tak mau dicap kuper, kan? Perluas pergaulanmu dengan mengikuti berbagai
ekstra kurikuler di kampus, klub olahraga, atau mengikuti kursus bahasa di kota
itu. Kamu akan mendapatkan teman-teman seru dan asyik yang bisa kamu ajak
diskusi, bertukar pikiran, atau minimal teman ngobrol sehari-hari.
![]() |
Credit to :www.okezone.com |
Hati-hati dalam memilih teman, kita tidak tahu
karakteristik teman kita sebelum kita akrab dengannya. Jika sekiranya temanmu
membawa pengaruh negatif untukmu, ada baiknya menjaga jarak dengannya. Berteman
itu penting, tapi kita juga harus selektif untuk memilih orang baik yang
berteman dengan kita.
4.
Cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitar
Sebagai
anak rantau yang pernah berpindah-pindah kota, kemampuan cepat beradaptasi
dengan lingkungan sekitar harus dimiliki oleh kita. Pernah merantau di kota
Bandung, menjadikan saya harus menurunkan volume suara saya yang terbiasa
kencang menjadi halus dan lembut. Karena teman-teman saya baik laki-laki dan
perempuan, berbicara dengan tutur kata yang lembut. Mempelajari sedikit kosa
kata dalam bahasa daerah adalah hal yang saya lakukan, agar kita juga mau
mengenal seperti apa warga asli daerah tersebut berbicara dalam kehidupan
sehari-hari.
![]() |
Credit to : www.jobstreet,com |
Pindah ke
sebuah kota terpencil dengan mayoritas penduduk bersuku Melayu, membuat saya
juga harus segera beradaptasi dengan teman-teman dan lingkungan kerja saya.
Waktu kerja yang panjang di hari Senin hingga Sabtu, tidak membuat saya
kesulitan mengajak teman-teman untuk bermain ke pantai di hari Minggu.
5. Hidup Dalam Keterbatasan
Namanya
juga hidup, kadang kita berpunya, kadang tidak berpunya. Kadang sehat, kadang
sakit, kadang sedih, kadang bergembira. Ya namanya proses dalam menjalani
kehidupan ya seperti itu. Jalani saja dengan sebaik-baik mungkin. Ketika saya
merantau di sebuah kota terpencil, di sana tidak ada mall/pusat perbelanjaan,
akses listrik dibatasi hingga jam 18.00 WIB, setelah jam 18.00 WIB biasanya
menggunakan genset dan air bersih yang terbatas.
![]() |
www.huffingtonpost.com |
Beberapa
kali mandi dengan menggunakan air dalam kemasan galon, tidak membuat saya jadi
bersedih. Lain waktu ketika krisis Bahan Bakar Minyak (BBM), antrian di SPBU
selama 4 jam pun dialami oleh penduduk satu pulau. Setelah kita sampai pada
antrian, pembelian dibatasi hanya 10 liter saja untuk kendaraan roda empat.
Jika ingin membeli eceran, 1 liter premium dihargai Rp 50.000. Jalani saja semua yang ada, karena ketika kita
memutuskan untuk merantau, kita sudah siap dengan semua konsekuensi yang ada.
6.
Mengikuti Kegiatan Positif
Kursus
bahasa, kegiatan pengajian, klub menulis, klub traveling, kegiatan
sosial atau klub fotografi bisa kamu ikuti untuk menambah pengetahuan,
menambah skill, ataupun menambah jaringan pergaulanmu di kota
perantauan. Sekarang hampir setiap Minggu berbagai kegiatan positif diadakan di
berbagai tempat dengan biaya terjangkau, bahkan gratis. Nah tinggal dengan
segala kemauan dan waktu yang luang, kamu
bisa mengikuti berbagai kegiatan itu.
![]() |
Credit photo : enertia.com |
Kamu tinggal buka media sosial, tinggal cari
dalam waktu dekat ini ada kegiatan apa saja yang sesuai dengan bakat dan
minatmu. Tentu saja setelahnya kamu akan mendapatkan pengalaman baru yang
menyenangkan juga berkenalan dengan teman-teman baru.
7.
Menjaga diri dengan baik
Salah satu hal yang cukup penting
menjadi anak perantauan adalah
bagaimana kita menjaga diri dengan baik. Menjaga diri ini maksudnya luas. Bisa
jadi menjaga diri dari hal-hal kejahatan yang bisa dijumpai di mana saja.
Waspada terhadap orang-orang baru yang dikenal atau menghindar dari banyaknya
kerumunan massa yang melakukan demonstrasi belakangan ini. Jika kamu
menggunakan transportasi umum dalam kegiatan sehari-hari ada baiknya berbusana
yang sepantasnya dan tidak menggunakan perhiasan yang mencolok yang bisa
menimbukan orang lain berbuat kejahatan. Pulanglah dalam batas waktu yang wajar
di malam hari. Jika kamu pulang agak larut dikarenakan ada keperluan, pulang
dengan transportasi yang aman dan nyaman.
![]() |
Credit photo :quotestagram.com |
Hindari bertemu dengan orang yang baru kamu
kenal di media sosial di tempat-tempat sepi. Hal ini untuk mencegah terjadinya
kejahatan yang belakangan marak di dunia maya. Simpan nomor-nomor penting di
dalam kontak ponselmu jika sewaktu-waktu diperlukan.
Ya itulah yang mesti dilewati sebagai anak
perantauan. Merantau membuat kita lebih menghargai waktu, kehidupan, orang
lain, dan mengasah rasa empati yang kita punya. Kamu siap untuk jadi anak
perantauan?
0 comments
Berkomentarlah sebelum komentar itu ditarif...