Silaturahmi Di Wilayah Terdampak Tsunami Demi Mengembalikan Secercah Harapan Kehidupan.
- January 22, 2019
- By FitriYenti
- 5 Comments
“Dan kerjakanlah amal kebaikan agar kalian beruntung” [QS, Al Hajj :77]
Kurang lebih tiga minggu
menggalang donasi melalui All Community for Humanity, hari yang dinanti tiba
jua untuk berkunjung ke lapangan. Tujuan kami tak lain untuk mendistribusikan
donasi yang telah dihimpun oleh para donatur berhati mulia.
Yang Hujan Turun Lagi
Dengan point meeting di Merak bersama
Mas Anton,dan Mas Andre, perjalananku dari kantor dimulai dengan drama hujan yg
tiada kunjung henti hingga pukul 16.30. Padahal aku telah merencanakan akan
pulang satu jam lebih awal dari kantor. Tak cukup sampai disitu, setibanya di
Halte Busway Kemanggisan pada pukul 17.00, hujan deras mengguyur kembali.
Sehingga aku tidak bisa keluar dari halte dan membiarkan saja beberapa bis
menuju Merak berlalu.
45 menit telah berlalu, celana
panjangku udah basah sampai lutut. Akhirnya hujan dengan volume deras lama-lama
menjadi gerimis. Kuliat di pergelangan tangan menunjukkan 17.45 WIB, setelah
menunggu kurang lebih lima menit, ada bis Arimbi tujuan Merak lewat. Horeee
akhirnya dapat juga busnya.
Cilegon for unplanning stop
Setelah 3 jam perjalanan, sampai jua
aku di Cilegon pukul 21.00 Wib. Loh kok ke Cilegon? Padahal kan janjian awal di
Merak ya. Karena ku tak kuasa menolak ajakan Mas Anton makan duren. " Kalo mo
duren, turun di Cilegon aja Fit. Nanti Tunggu di gerbang PCI" ktnya.
Kuberanikan diri turun di pinggir jalan tol yang gelap. Sok akrab sama mba yang
turun bersama dari Arimbi. Alhamdulilah dia ke arah PCI juga, jadi bisa
naik angkot yg sama. Ga sampai 10 menit sampai jua di PCI. Fyi, PCI itu singkatan dari Pondok Cilegon Indah, sebuah komplek perumahan di pusat kota Cilegon.
![]() |
Makan Durian di Cilegon |
45 menit kemudian, Mas Anton, Mas Andre dan Mas Mamad datang menjemputku dan kami langsung ke tempat jual
durian. Empat buah durian langsung tuntas dalam waktu tak kurang dari 15 menit.
Nikmat rasanya, walaupun ada beberapa biji yg kurang manis. Setelah itu kami
meneruskan perjalanan menuju Merak yang berjarak tempuh 30 menit saja dari
Cilegon.
Tiba di tempat tujuan
Selama pelayaran 3 jam aku
tertidur sangat pulas di kapal. Tepat pukul 02.00 kami tiba di Pelabuhan
Bakauheni. Perjalanan menuju tempat penginapan memakan waktu satu jam, sesuai
dengan peta yang diberikan Kak Indra, rekan kami yang berasal dari Bandar
Lampung.
![]() |
Tim Relawan All Community for Humanity |
Tepat pukul 03.00 kami tiba di Desa Cempaka
Lampung Selatan. Setelah berkenalan dengan teman-teman dari Lampung. Aku segera
masuk kamar bersama Zizah dan Maul. Ya di sebuah kamar dengan tempat tidur
ukuran King dan ngantuk teramat sangat aku sukses tidur dini hari itu setelah
cuci muka, sikat gigi dan ganti baju.
Terbangun pukul 05.45 tepat ketika
seorang ibu membangunkanku untuk shalat subuh. Untung matahari belum terbit
pikirku. Mata masih susah untuk diajak kompromi, dan menyambung tidur kembali
adalah hal terbaik. Sebelum memulai perjalanan sembari menunggu rekan-rekan
dari Bandar Lampung, kami sarapan dengan nasi uduk yang sangat enak dibuatkan
oleh Ibu. Ibu adalah orang tua teman Kak Indra pemilik rumah besar nan nyaman ini.
![]() |
Poto bersama Ibu yang baik hati |
Silaturahmi Tiga Desa
Jam 11 kami memulai perjalanan dengan
tiga kendaraan dan 1 truk menuju Desa Way Muli. Sepanjang jalan yang langsung
berhadapan dengan Selat Sunda, terpampang nyata sisa-sisa ganasnya Tsunami
menerjang desa 4 minggu yang lalu. Bebatuan yang letaknya berantakan,
puing-puing rumah dan sekolah yang rata dengan tanah ,pepohonan yang hancur
hingga pinggiran laut yang tadinya indah menjadi tidak teratur bentuknya.
Hatiku miris melihat kenyataan ini. Teringat malam dimana aku tidur dengan
cepat dan pulas, sementara warga disini bertaruh nyawa.
![]() |
Distribusi Bantuan di Desa Way Muli |
Tiba di tujuan pertama, kami menyambangi sebuah rumah berwarna pink yang dihuni oleh beberapa keluarga. Mereka baru saja pulang bberapa hari lalu ke rumah ini setelah 3 minggu mengungsi di perbukitan.
"Di atas masih ada beberapa keluarga mba. Mereka masih
trauma dan belum bersedia kembali ke rumah" ujar seorang
warga.
Aku dan rekan-rekan mulai menurunkan
beras, gula, susu, handuk, selimut dari truk bumbble bee kami. Anak-anak kecil
yang baru pulang sekolah tersenyum dan sangat senang ketika kami bagikan
susu. Setelah ngobrol dengan tuan rumah dan
warga, kami melanjutkan perjalanan menuju desa Kunjir yang berjarak 10 menit
saja dari Desa Way Muli. Di Desa Kunjir kami melihat hal yang kurang lebih
sama dengan sebelumnya. Pepohonan yang rusak, rumah yang rata dengan tanah
serta sekolah yang dindingnya runtuh. Tak kutemukan lagi bale- bale sepanjang
pantai tempat ku dahulu bersantai dengan Wempy, Arfan dan Zahra. Semuanya luluh
lantak diterjang tsunami setinggi 6-8 meter malam itu.
Kami mulai menurunkan lagi logistik
dari dalam truk. Hari telah beranjak pukul 12.00 saat banyak anak-anak
berkumpul. Kami aja anak- anak bernyanyi-nyanyi dengan riang. Balonku , Pelangi, Cicak Di Dinding hingga lagu Indonesia Raya siang nan terik itu kami nyanyikan
bersama-sama. Anak-anak polos ini bahagia sekali ketika kami memberi mereka
sekotak susu, boneka, bola dan mobil-mobilan yang telah kami siapkan. Dua rumah
jaraknya dari tempat kami membagikan bantuan terdapat lima rumah yang rata
dengan tanah.
![]() |
Kak Maul Mengajak Anak-Anak Bernyanyi |
" Satu keluarga meninggal dunia yang terdiri dari ayah ,ibu,
anak, menantu dan cucu" ujar seorang warga. Hatiku langsung
meringis membayangkannya. "Semoga
warga di sini tetap tabah ,iklas dan kondisi segera pulih ya pak"
ujarku seraya bingung harus berucap apa lagi.
Setelah pamit pada warga, kami menuju
tempat terakhir yang menjadi agenda kami hari ini. Masih terletak di Desa Kunjir
kami bertandang ke sebuah posko pengungsian yang berjarak 5 meter saja dari
bibir pantai. Bangunan rumah rata dengan tanah, batas antara laut dan daratan
masih dipenuhi sampah-sampah, barang-barang seperti kursi tamu, meja bahkan
yang lainnya. Aku sedih tak terkira melihat pemandangan itu. Ku hapus air mata
yg tak terasa mengalir di pipi.
![]() |
Distribusi Bantuan di Desa Kunjir |
Kemudian ku beranjak menuju truk bumblebee dan membantu menurunkan
kembali beras, gula, susu, selimut, baju, mainan, dan yang lainnya untuk kami
berikan kepada kordinator posko. Nanti kordinator yang akan membagikan seluruh
barang-barang ini kepada seluruh warga yang membutuhkan.
![]() |
Menyerahkan bantuan kepada kordinator posko |
It's A Wrap, Mission Accomplished & Whats Next?
Sesi pertama distribusi donasi untuk
terdampak tsunami Selat Sunda ini selesai. Sebenarnya kami melakukan kegiatan
ini pararel, artinya tim kami yang lainnya juga sedang mendistribusikan donasi di area Pandeglang, Sumur di Propinsi Banten
Nah sesi kedua insha allah akan
diadakan pada pertengahan Februari 2019 dengan tujuan Pandeglang, Anyer, Sumur
dan sekitarnya. Jadi jika pembaca masih ingin berdonasi, ACFH masih menerima
segala bantuan dan bagi rekan-rekan yang ingin langsung ke lapangan sebagai
relawan tentu saja bisa banget untuk berpartisipasi.
![]() |
Relawan ACFH siap ke Pandeglang di Februari 2019 |
Ini adalah gelaran ke tiga All Community for Humanity dilaksanakan, sebelumnya
turun juga mendistribusikan donasi untuk area terdampak Gempa Lombok dan Gempa
& tsunami Palu. So yang mau ikutan mendistribusikan donasi, ditunggu ya pembaca.
5 comments
Yuk yang ingin berpartisipasi ke Banten di februari..
ReplyDeleteCobaan berat bagi mereka yang terkena musibah ya, semoga mereka bisa ikhlas dan bangkit dari trauma, karena saya rasa dari seluruh indonesia siap mengulurkan tangan membantu mereka...
ReplyDeleteiya kak..semoga kondisi segera pulih seperti sedia kala..amin
DeleteWuihhh keren nih kegiatannya, semangat kak
ReplyDeletethank you bang asad,,msh ada sesi ke dua bulan ini..
DeleteBerkomentarlah sebelum komentar itu ditarif...