Setelah empat hari tinggal
di kota Nabi Muhammad, saatnya kami mempersiapkan pelaksanaan prosesi umroh di
Kota Mekkah. “Besok kita akan berangkat menuju Mekkah pada pukul 14.00 ya bapak
ibu” ujar Ustad Ujang sehari sebelum keberangkatan kami.
![]() |
Photo Credit : Mas Anton Candra |
Pada sesi kajian saat itu
kami diingatkan kembali mengenai apa saja yang disiapkan, dan urutan
pelaksanaan ibadah umroh yang perlu di ingat.
The Day
Persiapan keberangkatan
telah dilakukan dari pagi, karena koper-koper kami harus ada di depan pintu
kamar pada pukul 09.00. Artinya segala barang-barang harus segera dibereskan
masuk koper. Setelah sarapan pagi, aku mengecek kembali barang-barang yang akan
dimasukkan ke dalam koper, dan barang mana saja yang akan aku bawa dalam
backpack. Walaupun aku bukan ahli dalam urusan printilan barang, yang penting
koperku ringkas. Aku tidak membeli banyak hal di Madinah ini kecuali kurma
ajwa.
![]() |
Kabah Kiblat Umat Muslim |
Setelah salat zuhur tepat
pukul 14.00 kami menaiki bis yang akan membawa kami ke Kota Mekkah. Perjalanan
akan kami tempuh selama 6 jam, dan kami akan singgah di Masjid Bir Ali untuk
mengambil miqat. Tubuhku rasanya telah mulai lelah, sakit kepala sedari pagi
tak bisa kutahan dan hidungku sedari subuh juga telah mampet. Jadi sepanjang
jalan yang kulakukan hanya tidur, terbangun sebentar ketika mengambil miqat
dengan mata yang 5 watt. Dalam hati kulafalkan kalimat tabliyah terus menerus
sampai aku tertidur.
Jam 20.00 akhirnya kami
sampai di hotel, Elaf Al Masher, begitu namanya. Jaraknya 250 meter dari
Masjidil Haram, lokasinya berseberangan dengan Terminal Ajyad dan persis di
belakang Zam-Zam Clock Tower. Setelah makan malam, kami diminta untuk berkumpul
di lobby hotel pukul 22.00. Setelah menyelesaikan proses cek in, makan malam,
dan beristirahat sebentar kami on time tiba di lobby hotel sesuai dengan waktu
yang ditentukan.
Prosesi
Umroh yang mengharukan
Dipimpin oleh Ustad Ahmad,
kami memulai berjalan kaki sembari mengucapkan kalimat-kalimat talbiyah.
Semakin mendekati Masjidil Haram, jatungku berdegup kencang. Tidak sabar
rasanya masuk kembali ke masjid ini setelah 9 tahun. Sensasi ini tentu saja
berbeda dengan datang ke masjid-masjid lainnya yang pernah ku datangi. Kami
masuk dari Pintu 90 dan 91 Masjidil Haram.
Salat isya dan jamak magrib
berjamaah adalah hal yang pertama kami lakukan ketika telah masuk masjid. Air
mata membanjiri pipiku di sela-selat shalat. Penuh haru dan syukur tak terkira
ku bisa datang lagi ke tempat suci ini. 20 menit yang kami butuhkan untuk salat
pertama di Masjidil Haram ini, setelah nya kaki ini perlahan melangkah menuju
Baitullah.
![]() |
Photo Credit : Mas Anton |
Kotak hitam dengan lapis
emas itu masih kokoh berdiri, walaupun usianya ribuan tahun, tapi auranya mampu
menarik jutaan umat muslim dari belahan dunia manapun untuk datang ke sini. Dia
masih sama seperti yang kulihat 9 tahun lalu, hanya sekarang sangat padat
orang-orang yang mengelilinginya. Kuturunkan kaki perlahan-lahan menyamai
langkah para jamaah yang lain untuk bertawaf sebanyak 7 keliling sebagai syarat
sah nya ibadah ini.
Satu jam adalah waktu yang
normal dibutuhkan untuk melaksanakan tawaf mengelilingi ka’bah. Begitu banyak
jamaah yang melaksanakan tawaf malam yang menurut Ustad Ujang, malam Jumat
memang situasi sangat padat karena jamaah terbiasa mendatangi Ka’bah. Setelah
melaksanakan tawaf, kami menggeser barisan ke deretan air zam-zam, meneguknya
segelas membasahi dahaga yang dari tadi memang kehausan. Kulihat langit yang cerah,
dan full moon tepat berada di samping
area Zam-Zam Clock. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan? Tak lama, Ustad Ahmad memandu kami berjalan ke
belakang Maqam Ibrahim, mencari celah / tempat yang kosong agar kami bisa melaksanakan
ibadah salat sunat dua rakaat.
Terasa sekali dekat dengan
Kabah, terasa betul hati ini bergetar ada di tempat terbaik di muka bumi ini,
kupanjatkan segala doa-doa yang baik kepada allah SWT di tempat mustajab ini.
Setelah jamaah group kami
berkumpul kembali, Ustad Ahmad membimbing kami untuk prosesi Sa’i, yaitu
berjalan sebanyak 7 kali dari Bukit Safa ke Bukit Marwa. Menurut sejarahnya, 7
kali ini menandakan perjalanan Siti Hajar dari Bukit Safa ke Bukit Marwa untuk
mencari air karena Nabi Ismail menangis kehausan. Jamaah berjalan sambil
mengucapkan zikir, doa, kemudian jika telah tiba di Bukit Marwapun kembali memanjatkan
doa. Prosesi Sa’i ini juga memakan waktu satu jam.
![]() |
Photo credit : www.berhaji.com |
Setelah Sa’i tahapan
terakhir prosesi ibadah umroh ini adalah mencukur rambut kepala bagi jamaah
pria, dan memotong rambut seujung ruas jari bagi jamaah wanita. Jamaah pria
akan dibawa oleh Ustad Ahmad menuju tempat cukur rambut, sementara jamaah
wanita diperbolehkan memotong rambut di hotel nantinya.
Jam di pergelangan
tanganku menunjukkan pukul 02.00 saat kami tiba di kamar hotel, tiga jam
prosesi umroh selesai. Tak lupa ku memotong rambut Bu Beti, Bu Fera dan Bu Dian
di kamar hotel, kemudian Bu Dian memotongkan seruas jari rambutku menandakan
selesainya kami menunaikan ibadah umroh. Semoga Allah SWT menerima ibadah, doa,
dan lelah kami. Aminn Ya rabbal Alamin.
Salat
Jumat Yang Fenomenal
Setelah kelelahan
menjalankan ibadah umroh, kami memutuskan untuk melaksanakan salat subuh di
hotel saja dan menyimpan tenaga untuk berjalan kaki ke Masjidil Haram pada
waktu Dhuha dan Salat Jumat. Yak, Salat Jumat adalah salah satu ibadah yang
kunantikan ketika berada di Tanah Suci ini. Sebenarnya kaum akhwat
diperbolehkan untuk melaksanakan Salat Jumat, hanya di negara kita tidak lazim
Salat Jumat dilaksanakan oleh wanita.
Pukul 10.30 aku, Bu Beti,
Bu Dian, dan Bu Fera bergegas menuju Masjidil Haram agar kami masih bisa
melaksanakan Salat Dhuha. Padat! Itulah yang kurasakan ketika kami harus
berusaha mencari shaf—shaf untuk salat. Alhamdulilah bisa melaksanakan Salat
Dhuha sekaligus Salat Jumat. Di sebelahku adalah seorang wanita dari Al Jazair
ketika kuajak mengobrol, telah beberapa hari dia berada di Mekkah dan akan ke
Madinah hari Sabtunya.
Salat
Wajib, Salat Sunat, dan Membaca Quran
Selama lima hari ada di
Mekkah, yang dilakukan adalah fokus memperbanyak ibadah-ibadah pribadi. Salat
Wajib Lima Waktu, Salat Sunat Dhuha, Tahajud, dan Tahyatul Masjid, serta
memperbanyak membaca Alquran. Begitu khsyuknya salat di rumah Allah SWT ini,
tidak memikirkan banyak hal seperti kita beribadah di negeri kita.
Semua jamaaah akan
bergegas menuju Masjidil Haram, satu jam sebelum salat wajib biasanya. Mengisi
air zam-zam ketika datang sebagai bekal minum selama beribadah, dan membawanya
botol kembali penuh setelah selesai ibadah adalah kenikmatan tersendiri. Tak
kulewatkan sedikitpun untuk minum air zam-zam selama di Tanah Suci.
Tawaf
Wada sebagai tanda perpisahan
Setelah hari kelima berada
di Mekkah, tiba jua saat berpisah dan harus segera kembali ke tanah air. Sedih
rasanya tak terkira, apalagi malam itu kami harus melaksanakan tawaf wada
sebagai tawaf terakhir. Badanku kurang fit beberapa hari ini, namun ku tekadkan
agar bisa sedikit lebih baik ketika tawaf wada.
Kami merencanakan tawaf
setelah Salat Magrib sebelum Salat Isya, perlahan tapi pasti setelah Magrib
bergerak menuju Ka’bah. Padat sekali memang namun hati telah kuat dan tubuh
telah siap, jadi ikuti saja kaki ini melangkah sebanyak 7 putaran. Tak kulupa
malam itu kami bergerak ke arah depan, sehingga persis berada di belakang Hijir
Ismail dan Rukun Yamani. Ku sempatkan salat dua rakaat di area itu, entah
mengapa sepadat-padanya Ka’bah malam itu, namun ku merasa lapang salat di area
Rukun Yamani. Masya Allah Tabarakallah.
![]() |
Photo Credit : Mas Anton Candra |
Azan Isya berkumandang
tepat ketika aku menuntaskan putaran terakhir tawaf. Aku dan Bu Fera
mencari-cari celah agar kami bisa segera keluar area depan Ka’bah yang semakin
lama semakin padat jelang isya. Para jamaah pria telah duduk rapi menanti Isya.
Qadarullah aku mendapatkan barisan salat yang tidak jauh dari Ka’bah. Ku
tunaikan Salat Isya malam itu dengan bercucuran air mata karena sedih akan
meninggalkan tempat terbaik di muka bumi ini.
Ya itulah sepenggal pengalamanku lima hari di Mekkah Al Mukaromah ini, semoga Allah SWT nanti bisa mengundangku kembali menjadi tamunya. Amin ya rabbal alamin.
0 comments
Berkomentarlah sebelum komentar itu ditarif...