Kenangan Ramadan Masa Kecil di Kota Kelahiran
- May 15, 2019
- By FitriYenti
- 0 Comments
Its
never too late to have a happy childhood!
Bulan Ramadan tahun ini telah
memasuki tahun 1440 H. Ini tahun ke lima ku berpuasa di Ibu Kota, setelah
bertahun-tahun Ramadan di Kota Kembang dan Kota Tanjung Balai Karimun. Lebaran di
ibu kota memang berbeda dan berwarna setiap tahunnya. Nah bagaimana suasana
ramadan di masa kecilku? Berikut sedikit ceritanya
Jika berbicara tentang Ramadan di
masa kecil, aku akan bercerita tentang masa kecil berpuasa di Jambi, kota
kelahiranku yg penuh dengan memori.
Tarawih jauh dari rumah
Setiap bulan puasa aku menyambutnya
dengan gembira. Setelah siangnya beribadah puasa dengan khusyuk, malamnya tentu
saja menunaikan ibadah salat tarawih.
Sejak dari zaman Sekolah Dasar hingga
SMA, aku diajak oleh ayahku untuk salat tarawih di sebuah masjid yang letaknya
cukup jauh dari rumah. Untuk datang ke masjid biasanya ayahku mengendarai mobil
sendiri.
Aku menyukai tarawih di Masjid Nurul
Huda yang berada di Komplek Setianegara. Walaupun jauh dari rumah yang kusukai
adalah ketika aku bisa bertemu dengan teman-teman sekolah. Memang, letak
sekolahku jauh dari rumah, namu dari SD dan SMA sekolahku tidak jauh dari
Masjid Nurul Huda.
Kegiatan ketika tarawih
Ketika waktu ceramah tiba, aku dan
teman-teman biasanya bermain di luar masjid dan jajan kerupuk merah favorit. Ya
ampun masih terkenang-kenang hingga sekarang.
Di akhir tarawih tentu saja kami
meminta tanda tangan penceramah yang dibubuhkan di buku Tugas Ramadan dan antri
secara teratur. Jika tidak antri, pak ustad akan memaksa kami untuk berbaris
rapi dan buku ditumpukkan.
Ketika libur sebulan di Ramadan
Dulu ketika SD dan SMP, libur puasa
dan lebaran itu hanya dua minggu. Namun ketika SMA, kami libur sebulan loh.
Sungguh hal yang membahagiakan sebagai pelajar saat itu.
Aku bukanlah orang yang suka berdiam
diri ketika libur puasa. Pada kelas 1 SMP, ibu memasukkanki ke pesantren kilat
selama tiga hari. Dari pagi hingga jam 4 sore, kami belajar mengenai seluk
beluk agama islam. Walaupun puasa di pagi hari, kami semangat melaksanakan
kegiatan pesantren kilat itu.
Ketika libur puasa sebulan ketika
masa remaja, aku meminta agar dimasukkan ke kursus menyetir. Alhamdulilah orang
tuaku setuju, jadi selama dua minggu penuh aku belajar bagaimana menyetir
mobil. Memahami cara menyetir mobil dari 0 yang memberikan pengalaman seru,
asik, serta deg-degan sekaligus.
Memasak Bersama Ibu
Di bulan puasa biasanya karyawan
kantoran pulangnya lebih cepat. Begitu juga dengan ibuku, jam 15.30 di bulan
Ramadan beliau udah pulang.
Setelah salat ashar agenda kami
adalah memasak menu buka puasa skalian menu sahur. Jadi nanti ketika sahur
ibuku tinggal menghangatkan saja atau membuat tumis-tumisan.
Ikan bakar, gulai ayam, gulai pakis
dan ikan balado adalah kegemaran keluarga kami ketika puasa. Tak
ketinggalan kolak jagung yang legend sedari aku kecil dulu. Kolak jagung lebih
sering dibuat ibuku ketimbang kolak pisang ketika bulan puasa loh.
Nah ini kisah ramadanku di kota
kelahiran di masa kanak-kanak. Bagaimana dengan kisah ramadan pembaca? Boleh
dong berbagi cerita di komentar ya.
0 comments
Berkomentarlah sebelum komentar itu ditarif...