Pengalaman Spiritual Mengunjungi Hijrah Festival 2019
- May 28, 2019
- By FitriYenti
- 0 Comments
Tidak ada salahnya orang baru hijrah berdakwah. Asalkan yang dia pelajari “alif” yang dia bagikan juga “alif” bukan “ta” – Ust. Oemar Mita
Sejak dari bulan April
telah kudengar event Hijrah Festival akan hadir lagi dan kali ini diadakan
bersamaan dengan bulan suci Ramadan 1440 H tepatnya 24, 25, dan 26 Mei 2019 dan mengusung tema “Unforgettable Hijrah”. Seorang temanku mengajak
ke sana, namun aku masih ragu untuk hadir atau tidak, karena minggu pelaksanaan
Hijrah Festival itu dibarengi dengan pekerjaan-pekerjaanku yang sangat padat.
Sampai suatu siang Devin, temanku dari Cilegon mengirimkan pesan
D : Kak, datang ke event Hirah Fest kah?
Me : Belum tau nih devin, aku sih udah daftar, tapi
belom bayar. Kalo Devin mau, yuks ah biar ada teman.
D : Iya kak, pengen datang makanya lagi cari-cari
teman. Nanti devin nginep di hotel aja deh
Me : Kabarin aja ya jika jadi datang, biar aku pesan
tiket lagi
D : Siap kak
Nah keesokkan harinya
Devin memastikan akan datang dari Cilegon ke Jakarta untuk menghadiri Hijrah
Festival 2019, dan aku kembali memesan tiket terbaru. Malah aku dibantu oleh
Devin untuk proses pembayaran tiket terlebih dahulu, karena kesibukanku cukup
padat hari itu.
Hijrah
Festival Setelah Kerusuhan 22 Mei 2019
Kondisi Jakarta pada
tanggal 21 dan 22 Mei 2019 terbilang rusuh. Demonstrasi dan aksi penyusupan
yang berujung kerusuhan massa di beberapa wilayah membuat Hijrah Festival
hampir saja dibatalkan penyelanggaraannya.
Dari kost, aku datang
menggunakan Trans Jakarta dan tidak bisa langsung turun di Halte JCC yang
merupakan venue dari Hijrah Festival.
Aku harus transit terlebih dahulu di Halte Slipi Kemanggisan, kemudian naik
Trans Jakarta ke arah PGC agar bisa berhenti di Halte JCC. Jalan protokol di
sekitar area Gedung DPR/MPR saat itu steril dari kendaraan apapun, sehingga
memang berbagai kendaraan akan melewati jalur yang lain.
Devin telah datang 30
menit sebelum kedatanganku, setelah bermalam di sebuah hotel di kawasan Blok S,
dia datang ke JCC dengan layanan ojek on line. “Devin antri penukaran tiket ya kak” ujarnya mengabariku “ Okay, aku sebentar lagi tiba” ujarku.
![]() |
Iklan Hijrah Fest 2019 dari bulan lalu kulihat di Sosmed Photo Credit to : www.instagram.com/hijrahfest |
Setelah aku tiba, aku
datang ke loket penukaran tiket. Tiada antri lagi seperti yang Devin sebutkan
tadi. Saat aku berikan bukti cetak pembelian tiket, petugas di loket memberikan
ku tiket resmi hari ke dua Hijrah Festival, gelang sebagai tanda masuk, peta,
dan tas yang belakangan ku ketahui untuk menaruh alas kaki selama acara berlangsung.
Ya sebelum masuk ke area lokasi acara, kami diwajibkan melepaskan alas kaki dan
menyimpan alas kaki tersebut di dalam tas.
![]() |
Yang kudapat ketika menukarkan tiket: gelang, dan tas menyimpan alas kaki |
Berbagai
komunitas hadir di event keren ini
Hijrah Festival tidak
hanya menghadirkan kajian-kajian muslim yang bisa membangkitkan jiwa spiritual
dan religius, namun juga hadir berbagai komunitas-komunitas muslim untuk
menggerakkan umat. Sebut saja komunitas wakaf al quran, ACT, taaruf on line,
hapus tato dan berbagai komunitas muslim lainnya.
Satu yang menarik
menurutku adalah komunitas hapus tato untuk hijrah yang lebih baik. Hapus tato
ini gratis loh gaes, namun ada syarat dan kondisi yang berlaku. Peserta
diwajibkan untuk hapal Surat Ar Rahman selama proses hapus tato tersebut namun
bisa dicicil kok. Jadi tujuannya selama proses hapus tato, para peserta sudah
benar-benar hapal Surat Ar Rahman. Ahh surat kesukaanku nih.
![]() |
Salah satu ustad pengisi kajian Photo credit : www.instagram.com/hijrahfest |
Komunitas wakaf al quran
hadir untuk menarik massa agar kita lebih banyak lagi bisa menginfakkan harta
kita untuk al quran yang akan disebar ke berbagai pelosok daerah di
Indonesia. Jutaan orang masih buta
aksara quran, dan kita hendaknya berjihad di jalan ini dengan jalan mewakafkan
sedikit rezeki kita untuk hal ini.
Kajian-
kajian Islam Yang Bergizi, Buka Puasa ala Tanah Suci dan Ribuan Orang Jadi
Saksi Para Muallaf
Jam 13.00 WIB, setelah
salat zuhur, aku dan Devin telah hadir di area utama kajian. Kajian siang itu di buka oleh Ust Salim A
Fillah yang menceritakan perjuangan hijrah beliau dari dulu hingga sekarang. Salim
A Fillah adalah founder akun @jalanbareng. Jalan bareng adalah cara beliau
berdakwah agar kita terus bersama-sama menyebarkan ajaran Allah dan Nabi
Muhammad SAW
Kemudian hadir Ustadz
Fadlan Garamatan, beliau adalah seorang ustad berasal dari Papua. Beliau
menceritakan perjuangan dakwah beliau di pedalaman Papua dan menuntun
syahadat bagi ribuan suku asli Papua untuk menjadi umat Nabi Muhammad dan Allah.
Perjuangan beliau dari nol hingga sekarang membuat ku kagum, tak banyak orang
yang pantang menyerah berdakwah di tengah-tengah suku asli yang masih sangat
tradisional.
![]() |
Ust Fadlan Gamaratan, yang telah mengislamkan banyak suku asli di Papua Photo credit to : www.instagram.com/hijrahfest |
Sore hari menjelang ku disuguhkan pengalaman indah melihat calon-calon saudara seiman, dengan lantang dua pria dan dua orang wanita mengikuti syahadat sebagai tanda mereka memeluk Islam. Dengan khusyuk dan sepenuh hati mereka mengucapkan dua kalimat berkah tersebut. Bahkan terjadi adegan dramatis di atas panggung, tepat ketika selesai mengucapkan dua kalimat syahadat, salah seorang wanita terjatuh pingsan di hadapan ribuan orang. Semua terdiam, ku dengar sayup-sayup beberapa wanita terisak-isak tak jauh dari tempatku. Tanpa sadar airmataku meleleh di pipi.
Hari telah menunjukkan
pukul 17.00 WIB ketika ku memutuskan untuk berwudu dan ke toilet mempersiapkan
magrib. 20 menit waktu yang kubutuhkan untuk antri masuk kamar mandi. 17.30 WIB
kumulai mengaji dan melantunkan ayat-ayat suci, apalagi malam ini ku berniat
mabit bersama Devin di tempat ini semata-mata dengan niat mengkhusyukkan
ibadah.
Jarum jam berganti dengan
cepat pada pukul 17.40 WIB, para volunteer mulai mensterilkan area utama
mengaji. Mereka dengan gerak cepat mengatur tempat berbuka puasa seperti di
tanah suci. Duduk berhadapan dengan seluruh jamaah dan di tengah-tengah
terbentang plastik putih panjang yang berisikan 1 botol minuman isotonik, dan 1
bungkus kurma. Ah nikmat sekali rasanya, lepas dahaga setelah seharian
berpuasa. Tak lama kami salat Magrib berjamaah. Rasanya luarr biasa salat
berjamaah dengan ribuan jamaah yang datang ke tempat ini.
Salat Tarawih, Kajian Ustad Oemar Mita dan Mabit di Malam Minggu
Setelah salat tarawih,
tepat pukul 20.30 Ust Oemar Mita membuka kajiannya mengenai hijrah,
adab-adabnya dan dakwah. Semua terasa masuk hingga kalbu, semua rasanya jlebb
hingga dasar hati. Ah rasanya jadi berkah datang ke sini, hadir di sini dengan
banyak orang-orang yang punya tujuan bersama yaitu mencari ilmu dan keberkahan.
Terasa banget gak punya ilmu agama ketika ada di sini. Kerasa banget kok hati
ini adem banget ada di sini. Semuanya jadi tenang, dan adem gitu.
Tepat pukul 22.00 WIB
acara malam itu selesai, peserta boleh berisitrahat menjelang qiyamul lail yang
malam itu tepat malam 21 Ramadan 1440 H. Sepuluh hari terakhir ramadan telah
tiba, saatnya kita mengisi amunisi lebih ibadah dibanding sebelumnya. Bersiap
menyambut datangnya malam Lailatul Qadr yang fenomenal. Aku dan Devin mengambil
tempat di ujung dekat pintu keluar dan siap beristirahat tepat pukul 23.30 WIB.
Pukul 02.00 WIB kami
dibangunkan dan siap untuk tahajud bersama, muhasabah diri bersama Ust Bonny
serta sahur bersama. Hijrah fest hari kedua ditutup dengan Salat Subuh
berjamaah serta kajian bada Subuh. Sungguh pengalaman spiritual yang luar biasa
hadir di event Hijraf Festival tahun ini. Semoga Hijrah Festival berikutnya
bisa berpartisipasi lagi dan berkeinginan jadi volunteer nih.
0 comments
Berkomentarlah sebelum komentar itu ditarif...