Kehadiran Corona Mengubah Kehidupanku Selama Lima Bulan Terakhir
- August 12, 2020
- By FitriYenti
- 0 Comments
Telah lima bulan negeri ini hidup bersama virus yang berasal dari Wuhan dan bernama Corona. Tepatnya Senin, 2 Maret 2020, Presiden Jokowi mengumumkan dua kasus pertama covid di Jakarta. Saat itu aku sedang hadir dalam Pers Conference sebuah event Astra Internasional di area Sudirman.
Bagai disambar petir
rasanya, tak percaya jika negara ini akhirnya merasakan seperti negara-negara lain
rasakan. Tak percaya jua rasanya, olok-olok netizen yang mengatakan Indonesia
tidak mempan dengan corona akhirnya bernasib sama dengan negara tetangga yang
lebih dahulu memiliki kasus.
Kehidupanku di awal virus ini datang
Keadaan di tempat kerja
masih berjalan seperti biasa, namun karena kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah sedang menunaikan ibadah umroh. Aku dan wakil kepala sekolah sarana dan
prasarana langusng berkordinasi dengan cepat. Kepala sekolah kami menggunakan
waktu senggangnya di Mekah untuk mengadakan video call dengan seluruh staff,
dan kami segera membuat protokol Covid hari itu juga. Kenapa demikian? Karena
orang tua murid sudah mulai kuatir dengan keadaan di hari kedua corona
diumumkan.
Aku dan rekan-rekan terkait
bagi-bagi tugas untuk membeli hand sanitizer, masker, tissue basah, cairan
disinfektan dan lain-lain. Lelah memang, namun ini adalah antisipasi terbaik
yang harus dilakukan. Saat itu kita belum tau apa yang akan terjadi
selanjutnya.
Anak-anak diliburkan segera
Selasa malam, mendadak Ketua
Yayasan menghendaki anak-anak di liburkan, namun para staff dan guru tetap
masuk untuk bersih-bersih. Sehingga dengan mendadak pula pihak sekolah
mengumumkan agar anak-anak libur selama tiga hari. Padahal anak-anak baru saja
masuk sekolah lagi setelah liburan term ke dua.
Segera kami ambil langkah general cleaning untuk dua sekolah,
Cipinang dan Galaxy. Berbagi tugas dengan cermat, dan ringkas harus
dilaksanakan dalam waktu tiga hari ini. Di hari Jumat kami melaksanakan
simulasi protokol covid untuk mempersiapkan anak-anak yang akan masuk di Senin
berikutnya. Petugas piket akan berjaga di beberapa titik dengan tugas mengecek
suhu siapapun yang datang baik itu siswa, orang tua, pengasuh, suster, dan tamu
yang datang. Karena jumlah personil kami yang terbatas, akupun kebagian jadwal
berjaga di titik masuk area Gymnastic.
Lima hari telah dijalani
protokol ketat mencegah Covid 19. Hari-hariku sangat lelah dua minggu
belakangan. Pergi pagi, bekerja, dan berjaga piket dan pulang selepas maghrib
membuat staminaku sempat kedodoran. Namun harus tetap mendapatkan asupan
vitamin, gizi, dan makanan yang cukup.
Media Trip ke Nirwana Gardens Bintan
Di masa-masa riweuhku,
tiba-tiba Kak Eka Handa kirim pesan menawarkanku mengikuti media trip. Masya
allah mimpi apa aku? Awalnya menanyakan siapa kira-kira yang biasa diajak media
trip melengkapi tim yang akan berangkat. Tim berkurang satu karena Kak Sarah
sedang liburan ke Bali dan Lombok. Aku iseng saja mengecek harga tiket yang aku
dengar di awal Maret sudah turun ke berbagai tujuan, termasuk Batam. Dengan
jadwal pulang pergi yang aku miliki, aku cek sekitar satu juta rupiah. Wah ini
kembali ke harga dua tahun yang lalu loh, aku senangnya tak terkira. Aku
mengabari Kak Eka dan mengatakan jika tak ada halangan H-3 telah beli tiket.
Menunggu Sunset di Nirwana Gardens
Aku senang sekaligus
deg-degan untuk media trip kali ini, senang karena aku bisa datang lagi ke
Batam dan Bintan setelah dua tahun. Setelah harga tiket sekali jalan bisa dua
kali lipat, udah lama sekali aku tidak mendarat di Hang Nadim dan melaut ke
Lagoi. Deg-degan karena di minggu kedua corona hadir, jumlahnya terus bertambah
di Jakarta dan menyusul daerah lain. Ya udahlah bismilaah saja dalam hati.
Karena kelelahan dalam dua
minggu terakhir, sampai di Batam aku sempat flu. Kunjungan kali ini aku
menginap penuh di rumah Dewi selama dua malam. Kondisi Kak Lia kurang fit,
sehingga tidak bisa menjemputku di bandara hari itu. Dewi menyiapkan makanan,
minuman hanat rempah agar kondisiku kembali membaik. Ah sahabatku satu ini luar
biasa memang.
Mendadak bekerja dari rumah
Baru saja aku tiba di
Nirwana Gardens, kehebohan terjadi di grup kantor. Ketua Yayasan menghendaki
kami mulai Selasa, 17 April 2020 untuk bekerja dari rumah, seriring dengan
peraturan yang baru saja dikeluarkan oleh Gubernur DKI Jakarta mengenai hal
ini. Kalangkabut dong aku, konsentrasiku terpecah antara yang harus dilakukan
pada Senin ketika masuk, dan pelaksanaan media inspeksi ini. Namun kuputuskan
untuk fokus pada media trip ini saja dulu agar aku tetap fresh, bisa menikmati
Lagoi, dan menikmati sunset di sini yang selalu kurindukan.
Senin pagi aku pulang ke
Jakarta diantar Kak Lia dan Dewi ke Hang Nadim. Kondisiku sudah sedikit lebih
baik ketimbang ketika awal aku tiba di kota ini. Selama tiga hari dewi memberi
minuman berempah hangat untuk membuat kondisiku menjadi lebih baik. Sampainya
di Cengkareng, aku langsung menuju ke sekolah untuk persiapan pengarahan dalam
menghadapi proses bekerja dari rumah ini. Aku mengeluarkan surat edaran untuk
bekerja dari rumah selama dua minggu terlebih dahulu.
Zoom
meeting marathon
Minggu pertama masa bekerja
dari rumah, masih bingung dengan ritme pekerjaan. Masih kaku pola yang
diterapkan. Minggu kedua, atasanku meminta laporan hampir setiap hari, dan
memberlakukan potongan transport jika telat absen secara daring.
Minggu ke empat Maret, untuk pertama kalinya aku menggunakan aplikasi Zoom, untuk rapat secara daring. Sebagai angkatan jadul pengguna Skype, aku harus berusaha keras agar suaraku bisa muncul dan bisa didengarkan oleh para hadirin saat itu. Zoom meeting berjam-jam membuatku sungguh lelah. Aku pernah marathon rapat dengan menggunakan zoom meeting selama 8 – 9 jam. Lebih panjang waktunya dibandingkan jam kerja biasa.
Ramadan
dalam kesunyian dan no mudik-mudik club
Memasuki ramadan dalam masa
pandemi, aku merasakan sedih tak terkira. Banyak sekali agenda ramadan yang
telah direncanakan gagal total. Tidak bisa tarawih di masjid, tidak bisa
menghadiri acara Hijrah festival seperti tahun kemarin, serta tidak ada mabit
di House of Safa seperti biasanya. Benar-benar aku sendiri menjalani Ramadan
bersama Rabb-ku sehingga ramadan kali ini benar-benar khusyuk dan syahdu.
Untuk pertama kalinya selama
merantau di Jakarta aku tidak berlebaran di rumah. Setelah berencana akan
berlebaran dikos saja, kakak sepupuku mengajak berlebaran di rumahnya di
Cibubur. Alhamdulilah aku merasa tidak sendirian selama lebarsn dan liburannya.
Selama 10 hari aku tinggal di Cibubur dengan berbagai keseruannya.
Pengurangan
Staff dan Penyesuaian Gaji di kantor
Setelah lebaran, ritme
pekerjaanku rasanya turun naik. Semua terasa lebih cepat dan tanpa kepastian.
Gelombang PHK dan pengurangan gaji terpampang nyata di depan mata. Konflik,
berbagai keputusan mendadak, berbagai rapat kerap dilaksanakan.
Pendapatn sekolah yang
menurun dan sedikitnya siswa yang mendaftar pada tahun ajaran ini adalah pemicu
terjadinya permasalahan di tempat kerjaku. Hingga pada akhirnya diambil
keputusan yang sangat berat, penyesuaian gaji , dan merumahkan staff/guru yang
memang belum banyak kita pergunakan sekarang ini di masa pembelajaran daring.
Semua proses ini menguras
pikiran, dan energiku hingga aku stress. Tidak enak makan, minum, hingga tidur
dalam kurun waktu hampir satu bulan.
Hijrah dari Jakarta ke Kalianda
Di masa pandemi global ini
yang sangat aku syukuri adalah berkah dari allah yang tiba-tiba saja memudahkan
jalan hijrahku. Udah pada tau kan dari tahun kemarin aku ingin sekali keluar
Jakarta. Ingin pindah dari Jakarta ke Batam, namun ada saja halangannya.Ingin
pindah dari Jakarta ke Palembang juga belum rezekinya. Tiba-tiba aku pindah
saja dengan mudah dalam waktu kurang dari sebulan ke Kalianda. Sebuah kota
kecil yang merupakan ibu kota Kabupaten Lampung Selatan.
Di sini aku measih mengemban
tugas Human Resources dan Public Relation sekaligus. Pekerjaan yang cukup
menantang sebenarnya. Namun kepindahan sekarang sama dengan doaku 6 tahun lalu
ketika aku pindah dari Bandung ke Tanjung Balai Karimun, aku tidak akan
mengeluh apapun mengenai pekerjaan. Karena apa yang aku minta telah diberi oleh
allah dengan mudah.
0 comments
Berkomentarlah sebelum komentar itu ditarif...