Beberapa hari yang lalu ayahku mengingatkan agar tidak lupa menjalankan ibadah puasa 10 Muharram 1442 H. Wah ini adalah puasa pertamaku selama 10 hari tinggal di sini. Aku niatkan untuk bangun jam 3.45 pagi dengan oatmilk dan 1 bungkus energen yang aku miliki. Namun karena aku ngantuk sekali dan susah untuk membuka mata pada jam tersebut, akhirnya aku hanya mengkonsumsi satu botol air mineral dan 1 sendok madu sebagai asupan gizi selama 13 jam ke depan.
Puasa bersama teman-teman
Walaupun hari Sabtu adalah
hari liburku, daripada bosan di kamar aku memilih datang ke ruangan kerja.
Ternyata rekan-rekanku di ruangan juga sedang berpuasa seperti Teh Mumun, Dian,
dan Mas Diki. Wah rasanya senang sekali puasa berjamaah begini. Ada cerita lucu
ketika jam menunjukkan pukul 10.00 ketika Teh Mumun sudah kelaparan dan
perutnya krucuk-krucuk. Setelah ditanya ternyata Teh Mumun sahur lebih awal
yaitu jam 2 dini hari hanya dengan makan indomie dicampur telur bebek dua
butir. “ Hmm pantesan teh, makan indomie mah bikin cepet lapar” ujarku “ Trus
Bu Fit sahur pakai apa?” tanyanya. “Niatnya oatmeal, dan energen, kenyataannya
air mineral dan madu aja. Malas bangun nih”kataku.
Berniat
buka bersama
Jelang kepulangan jam 12.00
aku mengajukan ide “Buka bersama yuk nanti”, dan disambut “Boleh-boleh mis,
dimana “tanya Dian. “Kalianda boleh lah” ujarku. “Teh Mumun yuks” ujarku
kembali. Karena hanya Teh Mumun yang sering bawa mobil di sekolah ini. “Boleh.
Jam berapa?”tanya Teh Mumun. “16.30 kali ya, kabarin aja kalo Teh Mumun udah mo
sampe di sini ya”kataku. “Siap” balasnya.
Ya sore itu kami
merencanakan untuk berbuka bersama di Kalianda, dan Dian yang bertugas
memilihkan tempatnya. Aku inginnya masakan tradisional semacam ikan bakar,
sayur asem, dll, dan bukan cafe-cafe begitu. Dian tadi mengatakan “siap miss,
nanti aku cari rekomendasinya”. Seberesnya karena sudah jam pulang, aku melipir
ke kamar, salat zuhur dan tidur siang setelah membaca sedikit wattapad. Aku
memasang alarm pukul 15.30 Wib agar tidak bablas ketiduran.
Ngabuburit di Pantai Kedu
Tepat pukul 17.00 Teh Mumun
dan Dian menjemputku di kamar, perjalanan menuju Kota Kalianda kami tempuh
dalam waktu 30 menit saja. Dari Kalianda, letak Pantai Kedu juga tidak sulit
untuk dicari. Ini adalah waktu yang terbaik di pinggir pantai, sebentra lagi
mentari kembali ke peraduannya.
Dengan tiket sepuluh ribu
rupiah per orang, kami memasuki area Pantai Kedu yang sore itu cukup ramai
dikunjungi wisatawan lokal. Aku berlari-lari kecil tidak sambar untuk menyentuh
air laut, dan bermain ombak. Pantai canti ini berlatar samping Gunung Rajabasa
yang merupakan gunung tertinggi di Lampung Selatan. Tak kulewatkan mengabadikan
semburat senja dengan smartphone ku. Ah ngabuburit di sini adalah bahagiaku
yang sederhana.
Tadinya kami berencana untuk
segera menuju tempat makan yang telah kami pesan sebelumnya, eh baru saja akan
menuju mobil, kumandang azan Magrib terdengar syahdu ditelinga. Kami segera
memesan kelapa muda/degan yang dijual di pinggir pantai. Ya allah nikmat tuhan
manalagi yang kamu dustakan sehingga bisa berbuka puasa di pinggir laut dengan
suara deburan ombak mengalun mesra di indera pendengaran.
![]() |
Sunset di Pantai Kedu Kalianda |
Teh Mumun menunaikan salat
magrib terlebih dahulu setelah meneguk sedikit air kelapa mua dan beberapa
potong pepaya california yang manis sebagai menu sehat kami sore itu. Kelapa
muda yang airnya banyak dan isinya padat ini mengembalikan kembali energi
setelah lemes karena puasa seharian. Setelah menghabiskan satu buah kelapa muda
segar, aku dan dian beranjak ke musala untuk menunaikan salat magrib terlebih
dahulu. Setelah aku, Teh Mumun, dan dia salat magrib, Teh Mumun memacukan
mobilnya menuju Sempur Kuring, rumah makan lesehan tak jauh dari Masjid Agung
Kalianda. Kami mengisi perut di tempat ini dengan menu makan malam yang lezat
dan mengenyangkan.
![]() |
Menyantap degan di Pantai Kedu |
Nah itulah pengalamanku
ngabuburit di Pantai Kedu di hari Sabtu sore, semoga aku masih bisa menjelajah
pantai-pantai cantik lainnya di Kalianda.
Pokoknya bahagia deh tinggal di sini karena dekat dengan laut.
0 comments
Berkomentarlah sebelum komentar itu ditarif...