“First they ignore you, then they ridicule you, then they fight you, and then you win.” – Mahatma Gandhi
Ah 2020 sebentar lagi akan
berakhir, tahun yang membuat orang-orang berpikir bahwa tahun ini hanya ada
bulan Januari dan Februari, setelah Maret corona terdeteksi di Indonesia semua
berubah. Aku memasuki tahun 2020 dengan gundah gulana, sedih dan tidak
bersemangat. Keinginanku untuk pindah dari ibukota awal 2020 gagal. Proses
resignku saat itu terkatung-katung, ah pokoknya sedih karena tidak jadi pindah ke
Batam.
Awal 2020
Di awal 2020 dunia telah
dihebohkan dengan kehadiran virus Sars Cov 2 yang merebak pertama kali di
Wuhan, China. Sebanyak 200 lebih jiwa WNI yang berada di Wuhan dipantau
kondisinya. Kondisi lockdown membuat
mereka berjuang bagaimana tetap bertahan di sana dengan segala keterbatasan.
Akhirnya mereka dipulangkan ke Indonesia dan isolasi mandiri selama 14 hari di
Pulau Natuna – Kepulauan Riau. Salah satu dari mereka adalah temanku semasa SMA
yaitu Isti beserta anak-anak dan suaminya. Senang dia selamat dan menghabiskan
waktu di Jambi setelahnya selama berbulan-bulan.
![]() |
Di awal Februari aku membayar uang muka sebuah perjalanan impianku yang telah aku rencanakan. Memang agak mendadak taunya informasi tersebut, namun dengan waktu keberangkatan yang masih 8 bulan lagi, aku rasa aku bisa menabung cicilan perjalanan tersebut setiap bulannya. Namuuunnn....
Corona datang mengubah segalanya
Ketika aku sedang berada di
Menara Astra untuk sebuah liputan, heboh pernyataan Presiden Jokowi mengumumkan
pasien pertama corona di Indonesia. Setelah gonjang ganjing bahwa negeri ini tidak
akan terkena corona karena penyakit terburuk masyarakat adalah masuk angin yang
bisa segera sehat dengan kerokan dan minum tolak angin.
Waktu berganti hari demi
hari, jumlah kasus semakin bertambah. Dan aku mendapatkan rezeki untuk datang
ke Bintan setelah dua tahun absen. Kali ini Kak Eka Handa menawariku untuk
liputan di Nirwana Gardens Resort. Butuh 2x24 jam untukku menimbang-nimbang
dikarenakan corona, dan mengecek harga tiket pesawat ke Batam. Aku memutuskan
untuk pergi di Jumat malam dan pulang di Senin pagi agar tidak terlalu lelah.
Kondisiku agak kurang enak
badan ketika tiba di Batam, dan kehebohan terjadi ketika aku baru saja tiba di
Bintan. Pemilik sekolah memutuskan agar kita segera bekerja, dan sekolah dari
rumah dalam waktu 3 hari. Aku sangat berusaha maksimal menikmati suasana Bintan
Island yang sangat sepi. Resort-resort di Lagoi serasa milik pribadi saking
sepinya. Tamu berkurang 90 % loh, itu info yang aku dapatkan dari front office
Mayangsari Resort, salah satu resort yang termasuk grup Nirwana Gardens.
Setibanya di Jakarta aku langsung
mengunjungi rumah sakit untuk memeriksan kesehatan. Alhamdulilah diberi vitamin
dan obat untuk memulihkan kondisi. Isolasi mandiri langsung diterapkan
berbulan-bulan
Ramadan dan Idul Fitri ditengah pandemi
Sudah sebulan bekerja dari
rumah, dan suasananya sungguh di luar dugaan. Berjam-jam marathon meeting via zoom. Biasanya dimulai pukul 9 pagi dan
berakhir jam 4 sore. Kadang sangat lelah, belum lagi jika atasan meminta report
setelah magrib tiba. Tak terasa ramadan datang di tahun 2020. Ramadan yang
sungguh luar biasa berbeda, baru kali ini aku merasakan ramadan tanpa salat
tarawih, tanpa buka bersama, tanpa kegiatan-kegiatan ramadan di luar yang
berpotensi menimbulkan pahala dan berkah yang banyak. Semua kegiatan ramadan
dilaksanakan di rumah. Baik sahur, mengaji, salat lima waktu, salat sunat, buka
puasa, salat tarawih, dan menikmati kajian melalui berbagai lini sosial media.
Ya inilah ramadan paling unik seumur hidup yang pernah aku lalui.
Hari raya kali ini juga
berbeda, aku sudah bersiap bersedih hati dikarenakan tidak bisa mudik. Pemerintah
melarang rakyat mudik dengan meniadakan sarana transportasi ke berbagai daerah
di Indonesia. Kesedihanku berkurang karena seminggu sebelum lebaran kakak
sepupuku yaitu Kak Ira mengajak aku berlebaran dan libur lebaran di rumahnya.
Wah aku senang sekali karena masih bisa berlebaran dengan keluarga, menikmati
makanan khas hari raya, dan bonus pemandangan hijau selama libur 10 hari. Ya
kakakku ini rumahnya berada di area Legenda Wisata Cibubur yang sekitarnya
masih hijau. Satu yang kusyukuri juga bahwa aku bisa bersilaturahmi dengan Lely
teman SMP dan SMAku yang tidak mudik juga. Feel
suprised rumahnya juga satu area dengan kakakku. Setiap libur lebaran tiba
biasanya aku, Lely dan teman-teman lainnya akan sarapan bersama di Kedai Kopi
Ahok di Jambi.
Badai
datang setelah hari raya
Belum sehari masuk kerja di
hari pertama setelah libur lebaran tiba, suasana kantor langsung panas. Rapat
panjang yang diadakan dari pagi hingga sore dengan peserta adalah seluruh
karyawan dan pemilik sekolah. Pemilik mengatakan bahwa keuangan sekolah sedang
krisis karena kondisi pandemi ini banyak sekali orang tua yang mengeluarkan
anaknya secara tiba-tiba. Manajemen sekolah membuat berbagai kebijakan yang tidak
nyaman untuk kesejahteraan, dan aktualisasi para karyawan. Sebagai bagian dari
SDM, hal ini membuatku stress, bingung dan sedih. Aku tak menyangka akan
seperti orang-orang HR di tempat lain untuk membuat dan memutuskan hal yang
paling tidak nyaman ini.
Suasana kantor hari demi
hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan semakin tidak nyaman. Di sini
pula profesionalitas dan pertemananmu diuji loh gaes. Kita bisa melihat
orang-orang di sekitar kita dan segala kepribadiannya. Stress membuatku sedikit
melangsing loh, abis gak selera makan memikirkan nasib teman-teman, dan tidur
tidak nyenyak. Baru kali ini aku mengambil keputusan paling berat sendirian
sepanjang karirku. Keputusan yang super-super sulit semasa perjalanan pekerjaanku
dimanapun. Namun aku percaya setelah badai pasti akan ada pelangi di depan
sana. Saat itu hanya berdoa agar badai segera selesai.
Pindah dari Jakarta, hadiah dari Allah
Pertengahan Agustus 2020 aku
memulai kehidupan baru di Lampung Selatan. Kenapa aku bisa tiba-tiba ada di
sini? Yak aku dimutasi untuk membantu salah satu institusi pendidikan di sini
yang pemiliknya masih sama dengan tempat kerjaku di Jakarta. Mungkin tidak
banyak yang tau tiga tahun belakangan aku punya keinginan kuat untuk keluar dari
Jakarta. Berbagai usaha dan cara aku lakukan agar bisa pindah dari ibukota,
namun sepertinya rezeki dan berkahnya masih di sana. Alhamdulilah allah
mengijabah doa-doa panjangku selama tiga tahun ini.
Kenapa pindah dari Jakarta?
Itu adalah pertanyaan banyak orang. Ya karena aku sudah pernah bekerja di
berbagai kota metropolitan, kota besar, hingga kota kecil di sebuah pulau.
Rasanya aku lebih nyaman tinggal dan bekerja di daerah kecil. Ketika mengajukan
resign di akhir 2019 itu aku juga mengabarkan kepada atasanku jika aku tidak
akan melamar di perusahaan-perusahaan lain di Jakarta, namun di luar Jakarta
dan itu di Sumatra. Kondisi Batam sedang tidak baik-baik saja, pernah dua kali
aku mendapatkan panggilan pekerjaan di Batam. Namun untuk datang rasanya tidak
mungkin, karena saat itu tiket perjalanan ke Batam menjulang tinggi. Untuk
sekali jalan saja hampir 1,5 juta. Oh may god, berapa uang yang harus aku
keluarkan untuk pulang pergi. Sementara saat itu pihak perusahaan tidak mau
memberikan cara interview secara daring.
Jadi kepindahanku ke Lampung Selatan ini tetap aku syukuri karena intinya adalah keluar dari Jakarta. Tidak
banyak orang yang tau akan kepindahanku, karena menurutku bukan sesuatu yang
besar juga. Akupun tidak bisa berjumpa teman-teman untuk sekadar say good bye.
Punya kehidupan baru di desa
Sudah empat bulan aku hidup
di desa, tinggal di asrama, dekat dengan laut, kiri kanan jalan pemadangan sawah.
Yah itu kebahagiaanku sekarang. Hampir setiap minggu aku melakukan perjalanan
dinas luar kota. Aku telah menjelajahi Kota Menggala yang merupakan ibu kota
Kabupaten Tulang Bawang, Blambangan Umpu ibu kota Kabupaten Way Kanan, Kota
Bumi ibu kota Kabupaten Lampung Utara, dan Kota Bandar Lampung. Untuk kerja loh
ya bukan untuk liburan. Hiks hiks.
Jika untuk melepas penat
cukuplah merasa tenang melihat pantai-pantai di Lampung Selatan seperti Kunjir,
Banding Resort, Pantai Kedu, dan lainnya. Pantai-pantai di sini lautnya biru,
pasirnya putih dan lembut. Ah gimana gak cinta dan bahagia tinggal di sini. Cita-citaku
lainnya menjelajah semua pantai-pantai cantik di Lampung Selatan, wisata-wisata
di kabupaten lain seperti Pesisir Barat, Tanggamus, dan tempat-tempat ciamik
lainnya di provinsi ini. Awal-awal di sini aku sering sekali loh jogging,
hampir setiap hari. Setelah rutin dinas luar kota, ditambah tekanan darah
anjlok mulu seperti harga saham di portopolio , aku jarang banget jogging sekarang.
Magernya kumat lagi deh ah.
Akhirnya
welcome homeeee
Bulan Desember 2020 aku punya libur kurang lebih tiga minggu. Kok lama? Iya karena libur akhir semester ditambah libur akhir tahun, sehingga aku punya kesempatan pulang ke rumah. Senang sekali tiada terkira bisa berjumpa kedua orangtua, adikku, dan keponakanku yang ternyata udah tambah besar aja sejak kutemui persis satu tahun yang lalu. Ya bahagia sekali bisa pulang ke rumah, bebersih rumah, memasak makanan kesukaan keluarga setiap hari. Aku juga tidak banyak bepergian, hanya beberapa kali untuk belanja kebutuhan dapur di supermarket. Selain itu pulang ke Jambi juga wisata kuliner makanan khas kota kelahiran yang tidak ditemukan dimanapun. Ya seperti kue padamaran yang selalu ngangenin dan belinya di Saimen Bakery.
Ya inilah sekelumit ceritaku
di tahun 2020 yang katanya penuh tantangan, sulit, dan ujian. Alhamdulilah aku
bisa liat pelangi setelah badai super kencang menerjangku. Pindah dari ibukota
adalah hal yang paling aku syukuri tahun ini.
0 comments
Berkomentarlah sebelum komentar itu ditarif...