Perjalanan Akhir Pekan 3D2N Ke Sukabumi bagian Selatan #throwback
- December 18, 2020
- By FitriYenti
- 0 Comments
“Ke Ujung Genteng yuks” ujar seorang teman di Grup Jalan-jalan
“Hayuu” ujarku disambut hayu lainnya dari yang lain
“Oke nanti dicarikan open tripnya, minimal 10 orang bisa private trip. Ayo bikin listnya” kata temanku
Pada tahun 2017, seorang
teman yang masuk dalam genk jalan-jalan mengajak untuk menjelajah Kabupaten
Sukabumi bagian selatan seperti Curug Cikaso, Pantai Ujung Genteng, hingga
Geopark Ciletuh. Rute perjalanan ini kami percayakan kepada salah satu vendor
yang dicarikan oleh temanku. Pada akhirnya, kami berhasil mengumpulkan
teman-teman berjumlah 9 orang, dan bisa mengikuti private trip. Meeting point
dilaksanakan di Food Court Plaza Semanggi Pukul 21.00 WIB. Aku masih sempat menemani
seorang temanku yang datang dari Batam yang ada kegiatan di Kota Tua. Untung
ada busway dari Kota Tua – Blok M dan aku bisa turun di Halte Benhil. Kota Tua
– Halte Benhil juga bersahabat kurang lebih 35 menit saja.
Sudah lengkap kami bersembilan
hadir, dan siap berlibur akhir pekan bersama. Di Food Court Plaza Semanggi kami
membeli makanan ringan terlebih dahulu untuk pengisi perut agar nanti tidak
kelaparan di jalan. Lama juga kami menunggu jemputan dari travel, jam 23.00 WIB
travel datang untuk menjemput kami. Perjalanan dijadwalkan memakan waktu tempuh
selama 7 jam, sehingga jam 6 pagi dijadwalkan kami sudah tiba di Curug Cikaso
sebagai tujuan pertama.
Melihat
Pelangi di Curug Cikaso
Jam 6 pagi aku dibangunkan
setelah berjam-jam sepertinya aku tidur. Yang kuingat semalam masih macet dan
tiba-tiba sudah sampai saja di suatu tempat. Perlahan ku membuka mata dan
terlihat sebuah warung sederhana, dan banyak pepohonan di sekitarnya. Aku dan
teman-temanku memesan nasi uduk, teh hangat, dan beberapa gorengan sebagai
sarapan pagi. Ya wisata akhir pekan akan dimulai dipagi ini, dan ini adalah
tempat memulai perjalanan.
![]() |
Pagi hari di Curug Cikaso |
Ternyata menuju Curug Cikaso
ada dua cara, cara pertama berjalan kaki sekitar 500 meter, dan yang kedua
yaitu naik boat selama 5 menit saja. Kami memilih naik boat saja, secara kami
semua malas jalan kaki. Ku berjalan sekalian membawa baju ganti, peralatan
mandi, dan haduk. Main ke curug tentu saja akan basah-basahan.
Curug Cikaso ini terdiri
dari tiga air terjun yang memancarkan air segar dari pegunungan, dikarenakan
sehari sebelumnya hujan deras, pagi itu air curug sedikit keruh. Namun tidak
menyurutkan kami untuk mandi dan bermain air pagi itu. Seru sekali kami bermain
air, dan mandi di curug keren ini. Tak sengaja kami melihat pelangi loh di
sekitar curug, dan langsung berpose mengabadikan momen tersebut.
Secara geografis, Curug Cikaso terletak di Desa Ciniti Kec. Cibitung Kabupaten Sukabumi – Jawa Barat.
Berguling-guling
di rumput Tanah Lot ala Sukabumi
Setelah beres kunjungan ke
Curug Cikaso kami melanjutkan perjalanan menuju Ujung Genteng, namun sebelum
tiba di tujuan akhir kendaraan melipir sebentar ke sebuah villa yang di dekat
lautnya menyerupai Tanah Lot di Bali, sehingga namanya Tanah Lot Amanda Ratu
Sukabumi.
Tempat ini merupakan satu
komplek villa dengan kolam renang di dalamnya. Tidak jauh dari villa, terhampar
rumput hijau nan luas dan menghadap ke laut. Senang sekali bisa duduk dan
guling-guling di sini loh. Ko Iwan bahkan dengan berani menuruni bawah tebing
yang curam menghadap ke laut, aku deg-degan melihatnya. Lautan yang indah di
depan mata memang hanya cocok untuk dipandang dan sebagai lokasi poto saja.
Karena di sekitarnya tidak ada pantai landai yang berpasir tempat kita bermain
ombak.
![]() |
Guling-guling di Tanah Lot Amanda Ratu |
Setelah puas jepret sana
sini, dan poto-poto di rumput hijau kami langsung cuss ke Ujung Genteng yang
jaraknya kurang lebih 8,5 km dari sini.
Homestay
sederhana di pinggir Pantai Ujung Genteng
Akhirnya sebelum jam 12
siang kami tiba di penginapan kami di depan Pantai Ujung Genteng, penginapan
sederhana ini terdiri dari 2 kamar untuk pria, dan satu kamar untuk wanita.
Setelah rebahan sebentar menghilangkan lelah, kami dihidangkan makanan
sederhana namun nikmat. Ikan bakar, ikan goreng, nasi hangat, lalapan, dan
sambal terasi adalah menu makan siang kami saat itu. Aku tentu saja satu kamar
bersama Nadia, Mitta dan Mba Achiet. Bang Ben bersama Mas Adit, serta satu
kamar lagi adalah Ko Iwan, Uda Arief dan Mas Wisnu.
Cuaca yang panas tidak
menyurutkan Mas Wisnu untuk memasang hammock di bawah pohon, sembari bercanda
aku katakan saja “ tuh hammocknya ga
sobek nanti mas, atau pohonnya gak roboh apa?” Dia menjawab “ tentu tidak pitliii”
Menjelang sore tiba, agenda
kami siang itu adalah rebahan, leyeh-leyeh, dan mendengarkan debur ombak dari
kamar yang menghadap langsung ke Pantai Ujung Genteng
Mendung
menggelayut di Pantai Pangumbahan
Sore hari kami dijadwalkan
untuk melihat senja di Pantai Pangumbahan yang terkenal sebagai area konservasi
penyu. Di pantai ini akan ada pelepasan tukik, sehingga kami semangat sekali
bisa melihat moment langka ini. Penyu akan bertelur setiap hari di area
konservasi ini yang bisa ditempuh dalam waktu satu jam dari penginapan kami.
Sore itu langit mendung dan
gerimis tidak menyurutkan kesenangan kami menuju Pantai Pangumbahan, walaupun
tau kami tidak akan melihat sunset. Namun bisa melihat ratusan tukik dilepas ke
laut adalah kebahagiaan tersendiri.
![]() |
Ujung Genteng Beach yang biru |
Langit gelap gulita, deru
ombak saling bersahut-sahutan bunyinya ketika menghempas daratan, mas wisnu,
dan uda arief berjalan terus menyusuri pantai pasir putih ini. Ah ku tak berani
lanjut menyusul mereka karena langit semakin pekat gelapnya. Ku putuskan
kembali ke tempat kami semula, melihat tukik-tukik berlarian mencapat air laut.
Menatap laut bersama-sama koid, dan mitta, seolah-olah ada masa depan di sana
#eaaaa
Tragedy
hujan deras, dan kamar bocor
Hujan terus saja mengguyur
bumi hingga malam hari. Kami tiba di penginapan kembali pukul 19.00 Wib.
Setelah menunaikan maghrib, dan mandi, kami disambut dengan makanan lezat
kembali. Kali ini seafood lengkap dengan sambal jahe yang hangat dan pedas.
Hujan semakin deras membelah malam di Sukabumi. Namun tak menyurutkah langkah
para cowo-cowo, mitta, nadia, dan mba achiet bermain kartu hingga larut malam
tiba. Sementara aku memilih untuk rebahan saja di kasur.
Kehebohan tengah malam
terjadi dikarenakan kamar Bang Ben dan Mas Adit bocor karena hujan. Banyak
baju-baju yang basah. Di kamarku kehebohan terjadi menjelang subuh, Uni Mitta
yang tidur di lantai matanya kena air hujan yang tiba-tiba saja datang.
Ternyata kamar kami juga bocor dong. Langsung heboh deh subuh hari.
Trekking
menuju Curug Luhur Cigangsa
Setelah check out dari penginapan, dan photo di depan pantai Ujung Genteng,
petualangan seru kami berikutnya yaitu mengunjungi Curug Cigangsa. Dibutuhkan
dua jam waktu tempuh menuju Desa Surade, lokasi Curug Cigangsa ini. Dari area
parkir, kami trekking di jalur tanjakan,
dan turunan dengan pemandangan sawah cantik di kanan dan kiri jalan. Walau
lelah, dan jauh, kami bergandengan tangan dan saling membantu karena medan
trekkingnya lumayan berat loh.
Setelah trekking selama 30
menit, tiba juga di curug keren dan kece ini. Air segar namun coklat sisa hujan
deras semalam menyambut kedatangan kami. Main air, lompat ke sana kemari tanpa
takut kepleset, itulah yang kami lakukan. Tak lupa juga dong poto sana sini, cowo-cowo
sih naik ke bagian curug tertinggi, dan uni mitta berteriak, karena ada ular air
terlihat di salah satu pojokan curug. Kaget dong yaa. Sementara aku main air
cantik saja dan dipoto candid sama Bang Ben.
![]() |
Curug Luhur Cigangsa yang cantik |
Kelaparan di Geopark Ciletuh
Petualangan kami berlanjut
ke salah satu tempat yang menakjubkan di Sukabumi Selatan yaitu Geopark
Ciletuh. Dengan luas 1.261 km2 dan mencakup delapan kecamatan pada bulan April
2018 ditetapkan oleh Unesco sebagai salah satu geopark yang ada di Indonesia.
Menuju Ciletuh dibutuhkan
perjalanan yang berkelok-kelok dengan tikungan tajam di kanan dan kiri jalan.
Namun perjalanan yang bikin kepala pusing ini terbayar dengan pemandangan yang
memanjakan visual kita. Perpaduan hijaunya bukit, birunya laut, dan air terjun
yang segar betul-betul membuat tidak ingin pulang dari liburan akhir pekan ini.
Hari sudah jam 12.00 Wib,
namun tanda-tanda kehadiran makan siang kami belum menunjukkan hilalnya.
Sementara perut kami sudah kriuk-kriuk karena cacingnya kelaparan. Kemudian
kami komplain kepada penyedia jasa perjalanan ini. Jawabannya adalah ikan bakar
belum matang dibakarnya. Dari pada kami marah-marah, kami memilih untuk berpose
di pinggir pantai yang mengeluarkan angin sepoi-sepoi.
![]() |
Berpose di depan Sign Geopark Ciletuh |
Akhirnya pukul 12.45 Wib, makanan
kami berupa ikan bakar lengkap dengan sambal dan lalapannya tandas dalam waktu
tidak lama. Lapar berat memang, ditutup dengan segelas es teh manis sebagai
penghilang dahaga.
Geopark Ciletuh adalah
tempat pamungkas petualangan seru kami selama tiga hari dua malam ini. Semoga
corona cepat pergi sehingga kita bisa berwisata kembali.
0 comments
Berkomentarlah sebelum komentar itu ditarif...