Live life with no excuses, travel with no regret
Traveling/trip adalah
sebuah kegiatan bepergian untuk berlibur dan menghabiskan waktu mengunjungi
tempat-tempat yang indah. Sejak kapan sih aku mulai keranjingan hobby ini?
Rasanya sih dari kecil ya. Ibuku bercerita jika umur 3 bulan aku sudah diajak
naik pesawat untuk pertama kalinya dengan rute Jambi – Padang. Saat itu tahun
1980an ada rute pesawat langsung dari Jambi menuju Padang. Masa kanak-kanakku
sepertinya cukup indah karena kami sering mengunjungi nenek di Sumatra Barat.
Ya ayah dan ibuku merantau ke Jambi tanpa ada saudara yang menemani.
Masa kanak-kanakku
berikutnya masih ingat ketika usia enam tahun aku diajak liburan ke Candi
Borobudur di Jawa Tengah dan Sari Ater di Jawa Barat. Apalagi ada cerita
menghebohkan jika aku pernah hilang di Candi Borobudur. Hahaha, namanya juga
anak kecil ya. Mungkin dulu takjub dengan besar dan luasnya Candi Borobudur.
Waktu berlalu dari remaja
yang memang aku juga suka bepergian kemana-mana, berlanjut ke zaman kuliah.
Ketika masa kuliah, aku yang tidak bisa diam ini sering sekali main ke rumah
teman-teman kampus yang berada di kabupaten-kabupaten di Jawa Barat ketika
libur semester tiba. Sebut saja main ke rumah Nike di Pangandaran, dan Herlin
di Tasikmalaya. Sehingga aku mengenal keluarga teman-temanku dan masih
berhubungan baik hingga sekarang.
Di masa kerjapun aku juga
sering bepergian ke banyak tempat, baik itu business
trip, atau memang mengambil cuti untuk liburan. Namun satu hal, aku bukan
penggemar solo trip. Bagiku solo trip
sangat menyiksa, tidak punya teman ngobrol, tidak punya teman berbagi, dan
tidak ada yang mengambil photo jika pemandangannya bagus. Pokoknya aku tidak
suka ngetrip sendiri.
Aku biasanya bepergian
dengan teman-temanku atau mengikuti komunitas trip. Ya komunitas trip terseru
yang pernah aku temukan di Jakarta adalah Getlost Family. Banyak hal bisa aku
pelajari selama punya hobi traveling ini, berikut lima diantaranya:
1.
Disiplin diri sendiri
Mengikuti aktivitas traveling baik bersama teman ataupun komunitas, disiplin waktu, dan disiplin diri adalah keharusan. Aku adalah orang yang tepat waktu untuk janjian setelah sarapan pagi, atau janjian di bandara. Aku bukan orang lelet yang sering terlambat atau senangnya ditunggu orang lain. Bangun pagi juga aku lakukan ketika trip ini, karena biasanya trip akan dimulai di pagi hari bahkan sebelum subuh. Aku juga orang yang terencana untuk mengikuti trip, gak bisa gitu yang “ngalir aja”, karena kita pergi ke suatu tempat kita, apalagi jika kita belum pernah datang sebelumnya, kita harus tau moda transportasi apa yang kita naiki. Berapa lama estimasi ke sana, dan lain sebagainya.
2.
Mengasah tenggang rasa
Tenggang rasa atau toleransi sangat penting jika kita pergi ramai-ramai lebih dari dua orang atau mengikuti rombongan trip. Ya ada saja tingkah teman-teman yang mungkin tidak sesuai dengan selera kita seperti ada yang terus-terusan minta diphoto, atau ada yang lelet dan maunya ditunggu terus. Atau pasti ada diantara teman-teman trip kita yang mendadak hilang di antara kerumunan, dan nanti tiba-tiba muncul kembali. Tentu saja bikin terkaget-kaget, nah makanya tenggang rasa adalah salah satu sifat yang harus diasah.
3.
Belajar budaya tempat yang didatangi
Nah ini salah satu dari manfaat traveling, yaitu belajar beragam budaya tempat-tempat yang kita datangi. Semisal di Jepang dengan budaya disiplinnya yang kuat, Singapura dengan kotanya yang bersih, atau ketika mengunjungi dua kota suci Mekah dan Madinah kita harus menghindari perbuatan dan perkataan yang tidak pantas. Selain itu juga pelajari budaya cara berjalan di eskalator, hindari berdiri di tengah-tengah eskalator. Jika kita akan berdiri lama, berdirilah di bagian kanan, karena bagian kiri akan digunakan oleh orang yang akan berjalan kaki atau yang sedang buru-buru.
4.
Sabar atas segala sesuatu yang tidak bisa
diprediksi
Aktivitas traveling menuntutku untuk menjadi orang yang sabar, sementara aku sendiri orangnya tidak sabar. Ada beberapa peristiwa yang memang menguji kesabaranku, seperti ketika trip ke Labuan Bajo. Ketika hendak kembali ke Jakarta, pihak maskapai membatalkan penerbangan secara sepihak dengan alasan operasional. Kami kembali menginap di Labuan Bajo satu malam lagi, dan besok subuh sudah hadir di bandara. Setelah lelah menunggu tanpa kepastian dari subuh, kami baru diberangkatkan jam 14.00 WITA menuju di Jakarta. Hellow, jika akan berangkat sesiang itu, kenapa juga udah harus stand by dari jam 05.30 pagi. Lain waktu aku mengejar tiba di Pelabuhan Tanjung Balai Karimun tidak terlalu malam, namun kapal yang akan membawaku delay hampir satu jam, dikarenakan sebelum Sindo Ferry membelah lautan, kami harus menunggu kapal pesiar yang akan berlabuh terlebih dahulu di Harbour Front.
5.
Mandiri dimanapun
Biarpun tidak pergi sendirian, aku merasa selama mengikuti traveling aku harus mandiri dan tidak menyulitkan orang lain. Semisal memesan sendiri taksi daring menuju bandara, tidur lebih cepat jika perjalanan dilakukan di subuh/ tengah malam, hingga membawa barang-barang sendiri selama dalam perjalanan. Mandiri memang telah jadi kebiasaanku dari dulu, anak rantau dididik untuk mandiri, tidak manja dan tidak cengeng. Hidup keras menn!
Jadi traveling mengasah dan membawaku untuk tetap menjadi
kuat, mandiri, dan peka terhadap banyak hal yang terjadi. Yuks siapa yang punya
hobby traveling juga? Boleh dong berbagi cerita.
0 comments
Berkomentarlah sebelum komentar itu ditarif...